Sidebar Ads

header ads

Reaksi Sunyi di Tabung Mimpi

 : Mahasiswa Perantauan, Fakultas Ilmu Waktu

Di ruang bercahaya, dia menakar senyawa
dengan jemari yang pernah menggenggam tanah dan doa.
Larutan jernih mengalir perlahan ke dinding kaca,
seperti langkahnya dari desa
yang disimpan dalam larik cerita.

Setiap malam dia tak beranjak dari kursi kayu,
sebab laporan praktikum serupa langit kelabu.
Sedangkan rindu datang, menyamar sebagai suhu
yang naik saat air mendidih dan jam tak lagi bersatu.
Dihitungnya mol demi mol, agar pikirannya tak layu.

Wajah ibu hadir dalam kromatografi,
terpisah perlahan seperti cinta dalam elegi.
Sementara bapaknya menanam musim di balik pagi,
anaknya menimbang logam dan gravitasi,
membaca jurnal seperti membaca janji yang tersembunyi.

Kota ini tak memberinya panggung atau tari,
hanya udara yang dingin dan hari-hari yang berlari.
Namun dia percaya pada langkah yang berani,
bahwa ilmu adalah pelayaran sunyi
dan setiap zat punya takdirnya sendiri.

Satu dekade nanti, mungkin tak ada yang tahu
siapa anak desa yang duduk menakar larutan beku.
Tapi dia terus mencatat, meracik, dan meramu,
sebab keyakinan timbul, dari ruang hening dan waktu yang beku,
dunia bisa berubah dari tangan yang tak berseru.

Dia menunduk di hadapan larutan yang pekat,
seperti seorang sufi di tengah dzikir yang khidmat.
Dia tahu, tak ada mimpi yang benar-benar sesat, 
bila langkah kecil dijaga dengan niat,
dan setiap hari adalah ayat-
yang harus ditafsirkan dengan tepat.

(2025)

Penulis: Luthfia Faradilla, Agustus 2025

Posting Komentar

0 Komentar