Aswaja tidak jauh dari sejarah mengenai pertikaian pemahaman Teologi pada jaman dahulu kala ketikan Mu’tazilah melakukan al-minhah kepada para ulama yang menentang pahamnya. Hingga saat ini, kecenderungan aswaja dilihat dari prespektif sejarah masih relevan digunakan sebagai obyek kajian
Aswaja dalam teori selalu menisbatkan Teologi kepada Abu
Hasan Al-As’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. Tetapi seringkali yang dijadikan
tonggak sejarah dengan cerita yang fenomenal adalah cerita Abu Hasan
Al-Asy’ari. Apa karena Abu Hasan
Al-As’ari merupakan orang mu’tazilah pada awalnya, sehingga kajian Aswaja di
PMII atau NU sering membahas Abu Hasan Al-As’ari, padahal kajian sejarah
mengenai sosok juga sangat penting. Mengingat keduanya adalah tokoh dari
Pemikiran Kalam Aswaja.
Secara umum prinsip Aswaja adalah Tawasuth, dari
prinsip ini muncul beberapa konsekuensi prinsip lainnyan seperti tawazun,
tasamuh, dan ta’addul. Dalam
praktik tawasuth setiap angoota PMII berbeda. Misalnya dari sisi
keaktifan saja, ada anggota yang menilai bahwa tawasuth adalah total di PMII
tetapi kuliahnya tidak tuntas, ada yang dapat mensukseskan antara PMII dengan
kuliah, ada pula yang hanya mampir Mapaba.
Mengapa sahabat yang tidak tuntas kuliah lantas disebut tawasuth?
Bukankah dia tidak menempatkan diri antara kuliah dan berorganisasi? Dugaan
bahwa mereka tidak menjalankan nilai tawasuth ini benar juga, toh buktinya
tidak dapat menyeimbangkan antara kuliah dengan PMII?
“Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia” nama organisasi
yang keren karena mengandung arti yang mendalam. Tentu arti-arti itu telah
didapat sahabat ketikan mengikuti Mapaba. Terminologi diatas menjadi
konsekuensi dari tujuan yang diemban PMII. Begitu banyaknya, mana yang
didahulukan antara Pergerakan, Mahasiswa, Islam, dan Indonesia?
Tuntutan-tuntutan yang ini harus segera
di rumuskan untuk menjalankan visi dan misi dari organisasi yang dibawa ketua.
Gerakan PMIII memerlukan inovasi yang tidak melulu
bergerak dalam tradisi-tradisi buruk yang memanjakan kita. Bergeraklah dalam
keserakahan dan ketamakan intra dalam Organisasi Pemerintahan Mahasiswa atau
Organisasi Kerohanian Mahasiswa, atau bergeraklah dalam pengembangan sains masa
kini—mewarnai kampus dengan prestasi—atau berseinergi dengan masyarakat sekitar
kita.
Ini waktu kita untuk memunculkan ide baru agar PMII Ibnu
Sina lebih dapat diterima oleh semua. Baik dari kalangan mahasiswa maupun
masyarakat. PMII yang diidamkan adalah PMII yang selalu menjunjung nilai luhur
kemahasiswaan, Keislaman, dan ke-Indonesia-an.
Gerakan-gerakan yang istiqomah akan menghasilkan hasil
yang baik. Penulis sendiri merasa bahwa keistiqomahan hal yang luar biasa sulit
0 Komentar